Jumat, 18 April 2014

sejarah suku batak: penyebaran agama ke suku batak

sejarah suku batak: penyebaran agama ke suku batak: Topografi dan alam Tapanuli yang subur, telah menarik orang-orang Melayu Tua (Proto Melayu) untuk bermigrasi ke wilayah Danau Toba sekitar...

sejarah suku batak: asal usul marga orang batak

sejarah suku batak: asal usul marga orang batak: MARGA BATAK Orang Batak selalu dikenal dengan marganya. Marga ini merupakan simbol bagi keluarga Batak. Karena marga diperoleh dari garis...

Senin, 24 Februari 2014

Negeri tigabelasan ribu pulau ini bernama Indonesia


Negeri tigabelasan ribu pulau ini bernama, Indonesia


I


Anak-anakku,

negeri kepulauan ini sangat subur,

gunung-gunung, lembahnya, sungai-sungi dan air terjun.

Sejak purbakala, anak negeri dikenal petani tangguh dihulu hingga ke hilir.

di muara, pengharung samudera,

penjelajah benua.

13.690 pulau-pulau ditengah dua Benua,

menjadi lintasan, para penjelajah dan pelayar,

dari Utara ke Selatan,

dari Barat ke Timur, melewati Tanjung Harapan.


Disanding benua Asia dan Australia,

disanding samudera Pasifik dan samudera Hindia.


Perut buminya menjadi kandungan bermacam-macam mineral,

dari timah sampai emas, dari mangan sampai batubara,

dari bauksit sampai minyak bumi,

dari gas sampai uranium.


Suburnya tanah di dua musim, dan kekayaan kandungannya,

sungai-sungai dan lautan, yang menghubungkan pulau satu kepulau yang lain.

Anak negeripun bertahan hidup berkecukupan dan berkembang,

sudah keharusan mendapatkan laju kemakmuran disepanjang zaman. 


Negeri ini keempat dari lima negeri terbesar didunia,

setelah Tiongkok, India, dan Amerika.

Ramai dilintas, ramai dipintas, dan akhirnya ramai melirik,

ingin menguasi.


Negeri ratusan suku bangsa, berbahasa ibunya yang berbeda,

ragam budaya yang berasal dari hulu yang sama.

pernah hidup didaratan Asia,

India Muka.

Merekalah orang-orang Mon Kmer.


Pada 1500 tahun sebelum kalender Masehi, dipaksa memilih,

para bangsa pemenang dari Barat dan dari Selatan, 

menjadi budak atau mencari bumi garapan yang baru.


Leluhur pun memilih,

meninggalkan bumi garapannya di lembah Sungai Mekong, Irawadi

dan Sungai Salwin.

Mengharungi  ganasnya samudra,

menundukkan kebuasan alam raya.


Sebagian mereka terdampar di Madagaskar, di Pilipina,

yang lain terdampar di negeri ini, negeri tigabelasan ribu pulau.  


Meski, budaya dan bahasa yang samapun menjadi lepas,

terbawa pisah, gunung-gunung, sungai-sungai besar dan selat,

berabad-abad.

Mencari dan menurutkan, tumbuh, dan membumi,

mengikuti garis ibu mereka masing-masing.

Namun,

tradisi, 

bersama bergumul dengan tanah garapan, berburu dan berlayar,

hasilnya dinikmati, menjadi milik bersama.

Setiap orang punya hak yang sama atas hamparan anugerah alam.


Mereka memilih pengetua mereka sendiri,

bukan penguasa,

tak ada yang menguasai, tak ada yang dikuasai


Anak-anakku,

priode inilah yang disebut zaman masyarakat komune primitif,

zaman mula lahirnya masyarakat.


Ras Negrito dan Weda, ras yang telah ribuan tahun bemukim sebagai pendahulu

memilih berbaur dengan pemukim pendatang,

yang jauh melebihi kebersahajaan mereka,

yang mahir bercocok tanam, memancing ikan kelaut lepas,

berburu dengan pisau, lembing bermata besi dan busur panah   

Ada yang memilih memisahkan diri kepulau-pulau lain.


II


Anak-anakku,

Dari 1500 tahun, hingga ke 300 tahun sebelum kalender Masehi,

Perkembangan perkakas kerja, dan pembagian kerja, tukang, peternak dan petani,

menghantar para pengetua, kepala perang, pengatur tukar-menukar hasil,

dan pelaksana hubungan dengan Yang Mahakuasa atas bumi dan langit,

menjadi tamak.

Yang semula alat kerja dan sasaran kerja, menjadi milik bersama,

diubah, dijadikan milik orang perorang,

milik mereka.


Mereka yang pada mulanya dipilih bersama-sama,

mengundangkan kuasa menunjuk penggantinya.


Tak hanya itu,

ketamakan memang tak berbatas,

tamak kuasa, tamak perluasan wilayah.

Perang dan perang pun berlanjut tak berkesudahan,

pemukiman yang kalah, dikuasai penguasa mukim yang menang.

Pemilik mukim yang menang meluas, dan terus meluas

tawanan dijadikan budak.


Para penghutang yang tak mampu membayar,  bernasib sama

pemilik-pemilik budak, berhak sesukanya,

anak-anak yang dilahirkan pasangan budak-budak merupakan milik tuan budak

dijadikan barang dagangan, diperjual belikan,

bahkan dibunuh, tak menjadi masalah..


Pengetua dan keluarganya pun sudah memisahkan diri,

tinggal di Keraton dan Kedaton, harus dihormati dan dipatuhi

yang titahnya adalah hukum, tak tergugat,

pantang  terhambat.


Anak-anakku,

pada priode inilah, pertama kali lahir negara,

dengan segala perangkat yang menjadi alat penindas perlawanan para budak-budak.

Priode inilah yang disebut zaman masyarakat perbudakan,

zaman masyarakat pemilikan budak


Jurangpun terbentuk diantara dua klas,

budak dan dipihak lain pemilik budak,

yang semula tak ada menjadi ada

Priode zaman masyarakat komune primitif di negasi oleh periode,

zaman masyarakat pemilikan budak.


Hasil kerja budak, yang awalnya meningkatkan laju produksi,

lambat laun menurun.

Mereka berfikir bijak;

budak tak akan pernah menikmati apapun dari buah tenaga kerja mereka.


Perlawanan dimulai dari sini

tak pernah henti-hentinya

terbuka, maupun yang tertutup

.  

Kaum tani dan tukang kerajinan tangan,

yang pada awalnya orang-orang merdeka

bangkrut,

akibat harus memundak tanggungan,

membayar biaya perang yang diwajibkan negara,

jatuh menjadi budak-budak.


Mereka mulai melarikan diri dan bergabung dalam perlawanan

Perang yang panjang,

mempertahankan kekuasaan yang sudah dimiliki,

penyebab merosotnya tingkat produksi,

perdagangan semakin memburuk, .

Kemajuan tenaga produktif, tak sebanding dengan hubungan produksi,

tatanan masyarakat perbudakan menjadi perintang.


III


Di Jawa kekuasaan feodal, dimulai pada awal kalender tahun Masehi.

Tuan tanah feodal, kaum bangsawan, pendeta, kepala suku menjadi penguasa,

para budak, jadi tani-hamba.

Lahirlah pembagian hasil kerja perlu bagi kaum tani,

dan hasil kerja lebih yang lebih besar dirampas tuan tanah feodal,

masyarakat perbudakan berakhir di negasi masyarakat feodal.


Tani-hamba memang bukan budak,

tapi, tetap harus mencukupkan kerja rodi,

yang tak diupah ditanah tuan tanah Feodal.

Penindasan yang luar biasa terhadap kaum tani,

Adat “belah bambu, menjilat keatas memijak kebawah”,

jadi prilaku para bangsawan.


Pemberontakan terjadi berkali-kali,

di kerajaan Mataram Pertama di abad ke-6 dan ke-9,

di kerajaan Kediri awal abad ke-13,

di kerajaan Majapahit, abad ke-14 dan ke-15.


Namun pemberontakan ini hanya mengalihkan kekuasaan,

dari raja yang satu ke raja yang lain,

dari penindas yang satu ke penindas yang lain.


Pemberontakan-pemberontakan itu gagal,

Tapi kaum tani telah terlatih.

Dan raja-raja yang baru, kala menduduki tahta,

memaklumatkan menjadi Undang-undang mengurangi,

juga meniadakan beberapa rupa penindasan.      


Anak-anakku,

Jauh sebelum kalender Masehi,

jauh sebelum orang-orang Hindu datang,

anak negeri, yang memukimi negeri tigabelasan ribu pulau-pulau ini,

telah mengenal alat-alat kerja dan senjata dari Batu dan Besi.

Tahun 150 kelender Masehi, di Yunani, Protolomeus menulis,

bahwa, tanah pulau Jawa amat subur dan menghasilkan banyak Emas.  

Dalam masa yang sama Epos Hindu Ramayana menyebutkan,

__ “Belajarlah dengan cermat tentang Jawadwipa,

 yang mempunyai tujuh kerajaan,

Pulau emas dan perak,

Dengan barang-barang emas yang melimpah”. __


Ditahun 132, Jawa mengirimkan utusannya ke Tiongkok,

membawa berbagai ukiran dari Emas dan Perak.

Di tahun 414, kapal dagang Tiongkok melego jangkar dari Jawa Barat,

berlayar menuju Kanton bersama 200 saudagar Hindu.


Jauh sebelum kedatangan bangsa asing,

peradaban anak negeri sudah dikenal bangsa-bangsa,

di benua Eropah dan Asia.

Karena peradaban itu bukan jatuh dari langit,

juga bukan dari hibah bangsa lain.    


 Abad ke-14, kapal-kapal dagang asing mulai berdatangan.

Melabuh jangkar dibandar Banten dan Maluku,

memuat rempah-rempah yang ramai menjadi permintaan pasar di Eropah.

Diracik menjadi ramuan obat-obatan dan bumbu dapur.


Bandar-bandar pun didatangi para saudagar asing,

Parsi, Tionghoa dan India, menjadi perantara,

menghadiahkan berbagai cendramata perhiasan-perhiasan mewah.

Juga lumrah, menikahkan anak perempuan mereka dengan raja-raja lokal,

pelengkap merajut hubungan agar tak ada titah yang menidakkan.


Raja-raja lokal yang semula beragama Hindu, menjadi penganut agama Islam.

Cara yang menjadi rujukan agar raja-raja lokal dikawasan pantai memisahkan diri,

lepas dari kekuasaan Majapahit yang beragama Hindu, yang jauh dipedalaman.

    

Anak-anakku,

tuturan tentang wali sembilan, benar,

bertaut keberhasilan, menghantar raja-raja lokal disepanjang pantai,

menguasai daerah pedalaman yang didominasi kerajaan Majapahit.


Tahun 1521, kerajaan Demak dan kerajaan-kerajaan penganut Islam

berhasil menggulingkan kerajaan Majapahit.


Portugis yang datang pada tahun 1496,

mula berdagang dan menyebarkan agama Kristen,

yang tengah menjamur di Eropah.


Khawatir, Demak pun membangun tentara reguler,

yang tak dilakukan kerajaan-kerajaan Hindu,

menghadapi kala terjadi serangan orang-orang Portugis,

sembari memadamkan pemberontakan tani.


Pada tahun 1513 Dipati Unus memimpin angkatan laut Demak,

terpaksa mundur dari pertempuran,

kalah unggul dari kapal-kapal perang dan persenjataan Portugis. 


Orang-orang Spanyol tahun 1512 mendarat di Tidore,

Mereka bersekutu dengan raja Tidore,

yang tengah berperang dengan orang-orang Portugis

Orang-orang Portugis bersekutu dengan raja Ternate.

Orang-orang Spanyol dan Kerajaan Tidore,

berperang dengan orang-orang Portugis dan kerajaan Ternate.

17 tahun berperang, orang-orang Spanyol menghentikan perang,

menerima ganti rugi 350.000 crusasdos,

memuluskan orang-orang Portugis menguasai monopoli cengkeh di Tidore dan Ternate.


22 Juni 1596, Armada Belanda,

dengan 4 buah kapal pimpinan Cornelis de Houtman.

berlabuh di bandar Banten.

Semula berdagang, lalu diperlukan aturan,

didirikanlah di negeri Belanda perkumpulan dagang VOC,

dikelola oleh seorang Gubernur Jenderal dengan wewenang dari “Dewan Hindia”.


Anak-anakku,  

tak berarti, negeri tigabelasan ribu pulau ini sudah menjadi negeri jajahan Belanda.

Meski, negeri kerajaan itu sudah menyebut negeri ini, Hindia,

Indische.


Jan Peter Zoon Coen, ia yang meluaskan kekuasaan,

meletakkan dasar-dasar kolonialisme di negeri ini,

negeri  yang mereka namakan Hindia.

4 Maret 1621, merebut Jayakarta,

sejak itu Jayakarta berganti nama,

Batavia.

Jadilah Batavia pusat perdagangan di Asia Tenggara.

Tahun 1641, benteng Portugis di Asia Tenggara, Malaka, dikuasai Belanda,

tahun 1661, Belanda merebut Makasar,

tahun 1677, menguasai pantai utara jawa,

lalu tahun 1692 Banten dikuasai,

pada 1749 Belanda berhasil menundukkan Mataram


Begitulah,  negeri kecil di Eropa,

puluhan ribu kilometer dari negeri belasan ribu pulau,

berminggu-minggu berlayar,

mengalahkan raja-raja, yang saling bertikai dan berperang.  


IV


Masa VOC, masa awal kapital secara primitif.

Penindasan tak ada tara terhadap kaum tani,

dan dagang perampokan diseluruh Nusantara,

yang mereka gelari Indische.


Karl Marx di bukunya, “Kapital” menulis,

__ “ dan pada abad ke-17 negeri Belanda merupakan model tipikal bangsa kapitalis,

 adalah,

salah satu dari hubungan-hubungan yang paling luar biasa dari pengkhiatan,

penyuapan, pembantaian dan kejahatan.

Tiada yang lebih tipikal dari pada sistem pencurian uang di Selebes,

 untuk mendapatkan budak-budak, untuk Jawa.

Si pencuri dan sipenjual merupakan agen-agen utama dalam perdagangan ini

dan bangsawan-bangsawan pribumi merupakan penjual-penjual utamanya.

Pemuda-pemuda yang dicuri disembunyikan dipenjara-penjara,

sampai mereka itu siap dikirim ke kapal-kapal budak.

Kota Makasar ini penuh dengan penjara-penjara rahasia,

yang  satu lebih mengerikan dari yang lain,

penuh dengan orang-orang yang celaka itu,

korban-korban dari ketamakan dan kelaliman,

yang dirantai dan dengan paksaan dipisahkan,

dari keluarga mereka”. __


Abad ke-17 dan ke-18, kaum tani di Jawa bangkit melakukan pemberontakan,

tahun 1800, VOC bangkrut,

140 juta Gulden hutang, dialihkan hak dan kewajibannya,

jadi tanggungan Kerajaan Belanda.


Tahun 1811 sampai 1816,

lima tahun dikuasai Inggeris, Belanda kembali berkuasa.


Meletus Perang Diponegoro dari tahun 1825 sampai 1830,

lima tahun perang menguras kas kerajaan Belanda 20 juta Gulden.


Menghindari kebangkrutan diberlakukan curtuurstelsel,

kaum tani wajib tanam tanaman yang diminati pasar Eropah,

1/3 sampai 2/3 tanahnya.

40 tahun curtuurstelsel,  

masa kegelapan,

masa kesengsaraan.


Tengah abad ke-19, perubahan besar terjadi di Eropah.

Revolusi industri di Inggeris,

mekanisasi alat kerja dan konsentrasi buruh di pabrik-pabrik,

dan investasi untuk tekhnologi dan bangunan,

inilah ciri dari revolusi industri.


Belanda, yang memiliki negeri jajahan yang kaya, Indische,

Hindia Belanda,

tertinggal di urutan belakang di Eropah.

Pemilik modal, kapital swasta Belanda menuntut persaingan bebas,

menghapus sistem monopoli.


Tahun 1870, maklumat pun diundangkan dan diberlakukan di Hindia Belanda,

“Agrarisch Wet de Well”, yang lebih dikenal dengan sebutan “Domeinverklaring”

Semua tanah yang tidak memiliki hak eigendom adalah milik negara.

Anak negeri ini pun tak berhak atas tanah negerinya,


“Domeinverklaring”,

memuluskan penanaman modal swasta dibidang pertanian dan perkebunan.

Berakhirlah masa politik kolonial  monopoli kapital dagang,

beralih menjadi politik kolonial kapital industri.


Hanya 15 tahun, pada tahun 1895, terjadi krisis ekonomi.

Kapital bank, mengambil alih kapital industri.

Masa inilah yang disebut masa kapitalisme sampai pada titik puncaknya,  

yaitu imperialisme.


Eksport kapital dari negeri-negeri induk,

menghisap dan menindas rakyat di negeri koloninya,

pasar bagi produksi negerinya, sumber tenaga buruh murah,

dan pangkalan perang serta sumber personil militer bagi negeri imperialis.


Dan kolonial Belanda melangkah ,

menguasai teritorial Hindia Belanda secara politik dan militer,

penelitian, pengembangan tak terbatas bagi kapitalnya.   


Perang-perang kolonialpun merambah keseluruh negeri,

tahun 1846 disusul tahun 1848 dan lagi pada tahun 1849, Perang Bali,

tahun 1858 Perang Tabah di Jambi,

tahun 1859 Perang Bone di Sulawesi,

tahun 1860 Perang di Banjarmasin,

di Tapanuli perang dipimpin Sisingamangaraja,

tahun 1894 sampai tahun 1895 pecah perang di Lombok,

Perang Aceh berlangsung  dari tahun 1873 hingga awal abad ke-20.

Tak pernah ada negeri yang ingin dijarah kolonial tunduk, tanpa perlawanan.


Perang-perang kolonial pada akhir abad ke19 itu,

menundukkan raja-raja feodal dan perlawanan rakyat.

Terbentuklah kesatuan wilayah dibawah satu kekuasaan terpusat,

pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Batas-batas yang diciptakan raja-raja feodal memecah wilayah,

menjadi hapus.                                                                      

Dan yang akhirnya akan menciptakan sistem ekonomi yang sama, 

ekonomi kolonial.


Kesamaan wilayah dan kesamaan ekonomi,

adalah rupa, prasyarat terciptanya nasion.

JW Stalin menulis, __ “nasion adalah persekutuan dari orang-orang yang stabil,

yang tersusun menurut sejarah, terbentuk berdasarkan satu bahasa,

wilayah kehidupan ekonomi bersama dan susunan kejiwaan yang terjelma,

dalam satu kebudayaan yang sama”. __


Kapital bank yang mengambil alih, kapital industri,

menanamkan modalnya besar-besaran dinegeri ini, negeri koloninya

Hindia Belanda.

Dibuka jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan,

industri pengolah bahan mentah, perkebunan tebu dan pabrik gula,

perkebunan dan pabrik karet, teh, tembakau dan pertambangan.


Tak terelakkan lahirlah klas baru,

klas proletar dari kandungan kapitalis Belanda,

yang sudah sampai pada titik tertingginya, imperialisme.


Meski imperialis Belanda, bertahan pada hubungan produksi feodal,

demi laju kelanjutan penghisapannya,

tak urung,

kapitalisme merasuk dan masuk ditengah-tengah masyarakat,

menjadi tatanan klas borjuis.


Tenaga administrasi dan tekhnik di industri perkebunan dan infrastruktur,

 dibutuhkan pendidikan,

sekolah-sekolah pun didirikan,

terbatas pada anak-anak kaum bangsawan dan pegawai tinggi.

Lahirlah intlektual-intlektual anak negeri, cikal bakal gerakan nasionalisme.


20 Mei 1908, lahir Budi Utomo, organisasi borjuis pertama,

menjungjung cita-cita kemanusiaan, menghidupkan kebudayaan dan ilmu Bumi Putra.


Didahului, tahun 1905 berdiri organisasi buruh, SS Bond,

dua organisasi yang lahir berbeda waktu,

yang juga berbeda klas.


Klas buruh lahir mendahuli klas borjuis,

organisasi klas buruh juga lahir,

mendahului organisasi  klas borjuis.


Gerakan kaum borjuis demokratis, kaum borjuis dagang,

mendirikan Sarikat Dagang Islam pada tahun 1911, kemudian,  

berganti nama ditahun 1912, menjadi  Sarikat Islam.

Organisasi ini bukan hanya beranggotakan  borjuis dagang,

di cabang-cabangnya digunakan kaum pekerja menyatukan diri.


Sarikat Islam berkembang, menembus kesemua sukubangsa,

menggalang kesatuan nasion.


Tahun 1912, kaum intelektual revolusioner demokratis,

tokoh Indo Belanda Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan

Suwardi Soerjadiningrat, di Bandung membentuk Indische Party.

Dengan propaganda partainya, “Indische Nasionalisme”,

membangkitkan kesadaran nasional rakyat.


Organisasi politik pertama kaum Marxis, didirikan tahun 1914 di Surabaya,

ISDV, Indische Social Demokratische Vereneging, organisasi penyebar Marxis pertama.

ISDV, melebur diri  pada 23 Mei 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia.


Pada Nopember 1918, “Konsentrasi Radikal” berdiri,

Sarikat Islam, Budi Utomo, Insulinde, Pasundan dan ISDV, menyatu,

memperkokoh kesatuan nasional,

menuntut adanya undang-undang dasar parlemen,  

dan pemerintahan yang demokratis.


PKI bukan hanya mempunyai peranan penting,

tapi memimpin gerakan kemerdekaan nasional,

selaras tuntutan obyektif.

Gerakan kemerdekaan nasional,

adalah bagian perjuangan proletariat dunia.


Hanya dengan kemerdekaan nasional,

tercapai pembebasan klas buruh dari penindasan imperialisme.


Pemerintah kolonial mulai melancarkan provokasi,

pemecatan-pemecatan terhadap kaum buruh, penangkapan kaum tani,

pembredelan suratkabar-suratkabar,

dan penutupan sekolah-sekolah yang didirikan PKI.


Pemberontakanpun terjadi pada tahun 1926 di Jawa,

dan di awal tahun 1927 di Sumatera.


Anak-anakku,

pemberontakan ini dikalahkan, 4500 orang dijatuhi hukuman penjara,

dan tidak kurang 1500 orang yang dibuang ke Tanah Merah di Papua.

Kaum komunis telah dengan gagah berani,

memberikan pimpinan dalam perlawanan bersenjata.

Tangan proletariatlah pertama-tama mengangkat senjata melawan imperialisme,

membela nasion Indonesia.

PKI dilarang pemerintah kolonial.


Pada tahun 1927 Soekarno mendirikan PNI, Partai Nasional Indonesia,

berdirinya partai nasionalis kiri ini, disambut antusias massa revolusioner.


28 Oktober 1928, Kongres Pemuda, mengikrarkan “Sumpah Pemuda”,

 rekat pemuda berbagai suku bangsa dan aliran politik mengikat sumpah,

bahwa, mereka berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu, Indonesia,

merah putih, lagu Indonesia Raya yang terinspirasi Marseillaise dan Internasionale,

dan Rajawali, menjadi bendera, lagu dan lambang bangsa.


Pada tahun 1933, “Zeven Provincien”, kapal perang Angkatan Laut Belanda,

diambil alih para pelaut Indonesia dan Belanda, mereka padu,

meski di bombardir dari udara, namun setia kawan tak tergoyahkan.

Lagi pemberontakan dipatahkan, dipadamkan, tapi tak akan kuasa mengakhiri.

Kepercayaan sudah terpatri, bahwa kemenangan dan kemerdekaan bukan  mimpi.


Sebelum Perang Dunia ke-2,

gerakan anti fasis, perwujudan yang lebih nyata pada gerakan nasional Indonesia.

Kader-kader komunis di Gerindo, pada tahun 1939 membangun front persatuan nasional,

Menyatukan Parindra, Gerindo, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, Partai Islam Indonesia,

dan persatuan politik Katolik Indonesia, bergabung di GAPI, Gabungan Politik Indonesia,

dan melakukan gerakan “Indonesia berparlemen”.


Awal tahun 1941 pecah Perang Fasifik,

kader-kader komunis di Gerindo membangun GRAF,

front perjuangan ilegal revolusioner

dengan buletin “Menara Merah”, menyebarkan kampanye anti fasis,  


VI


Asia Timur dan Asia Tenggara, dikuasai Jepang

10 Januari 1942, Tarakan jatuh, menyusul Sulawesi, Balik Papan,

Februari 1942, pasukan Jepang mendarat di Pontianak,

Makasar menyusul, Banjarmasin, Palembang dan Bali.

Jepang mendarat di Banten, Indramayu, Krajan.

5 Maret 1942 pusat kekuasaan kolonial Belanda,

Batavia dikuasai,

8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah kalah,

melepas tanah jajahannya, kepada Imamura panglima tentara Jepang.  


Anak-anakku,

Sejak itu, negeri ini menjadi negeri pendudukan militer Jepang,

Belanda dipaksa angkat kaki atau dijadikan penghuni kamp-kamp tahanan.


Rakyat terus melanjutkan perjuangan revolusionernya,

sabotase di pabrik-pabrik,

merusak  rel-rel kereta-api,

mengorganisasi pemberontakan ditubuh pasukan-pasukan,  

mengorganisasi pemberontakan tani, di Singaparna,

Indramayu, Tanah Karo dan Blitar,

mendorong perlawanan kaum intelektual, 

mahasiswa, pelajar dan pemuda.


Dipegunungan disebelah Utara pulau Sumatera,

di Bukit Barisan,

fasis Jepang bersekutu dengan tuantanah feodal,

merampas tanah garapan kaum tani di Deli, Tanah Karo dan Langkat.


Aron kumpulan saling bantu kaum tani Tanah Karo,

bangkit membentuk diri  menjadi organisasi anti fasis,

dibakar kemarahan 26 Juli 1942, di Pancur Batu,

kaum tani Aron menewaskan puluhan serdadu Jepang,

16 pejuang tani Aron gugur.


Jepang sangat mengerti dinegeri ini, mayoritas Islam

Orang Jepang beragama Islam, haji Muniam Imada,

berhasil menguasai Majelis Islam ala Indonesia,

mengolah dan mengubahnya menjadi Masjumi,

Madjelis Sjura Muslimin Indonesia.

Katanya,

Asia Timur Raya, di bawah Dai Nippon,

sesuai perintah Allah.


Gerakan anti fasis yang dipimpin kader-kader komunis,

terbuka.

Pemgkhianatan di front perjuangan,

disusupi bekas-bekas PID. intel Melayu, bentukan kolonial Belanda,

tergiur jadi anjing piaraan kekuasaan penggantinya.


Pada tahun 1943, kader-kader komunis yang bergerak ilegal,

dijatuhi hukuman mati, disiksa dipenjara-penjara,

atau gugur dipancung kelewang samurai, kempetai,

tak membuat gerakan anti fasis terhenti.


Di Indramayu,

kaum tani Kandang Haur yang tak henti-hentinya,

dipaksa menyerahkan hasil panen padinya,

jenuh.

23 Oktober 1943 bangkit melakukan perlawanan,

Pemberontakan di Sukamanah Singaparna 14 Februari 1944. 

Subekti gugur pada pemberontakan di Indramayu,

kyai Mustofa gugur pada pemberontakan di Singaparna,

gugur melaksanakan tugas mulianya.


Bukankah,

__ “menyalurkan dan memimpin perjuangan rakyat,

Dan bila ketidak kepuasan rakyat sudah sampai pada puncaknya,

supaya tampil kedepan mengambil tanggung jawab perjuangan.

Tiap perlawanan merupakan pelajaran dan pengalaman penting,

karenanya sedapat mungkin harus dipimpin.

Hal itu akan mempertajam dan mempertinggi tingkat perjuangan,

anti fasis pada umumnya, dan sekaligus merupakan latihan untuk persiapan,

revolusi nasional kelak dikemudian hari”.__

Inilah amanat Gerakan Rakyat Anti Fasis.


Diakhir tahun 1944, bulan Desember,

malam,

di kesatuan Rengas Dengklok,

sehabis Tengko, apel malam,

perwira-perwira bawahan Sodancho, dan Budancho,

kumpul di ruangan Hombu, ruangan staf.

Merekat tekat, mengangkat senjata,

mengusung amarah rakyat, melakukan pemberontakan.


14 Februari 1945, subuh pukul tiga,

Blitar masih tidur,

Ledakan mortir mengguntur,

letusan bedil ditingkah ledakan geranat,

menghentak menyongsong bayang-bayang mentari fajar.


Perjanjian memang tak pernah ada antara singa dan manusia,

ucap ksatria Junani pada pangeran Troya.

Kalaupun ada, pasti salah satu akan teraniaya.


Seorang Cudancho, dua Syodancho dan dua Budancho,

dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer Jepang,

gugur, dipancung, dipenggal lehernya.

Dua Sudancho dan dua Budancho gugur,

disiksa dipenjara Cipinang dan Sukamiskin.


Anak-anakku,

tujuh hari seusai perayaan hari Kemenangan Buruh Sedunia,

8 Mei 1945, diujung akhir kancah Perang Dunia Kedua,

Tentara Merah memancangkan bendera merah,

bergambar palu arit dipuncak Reigstag

Sang diktator fasis Hitler mati, bunuh diri,

poros Berlin, Roma, Tokyo, patah, ringkik.     


8 Agustus 1945, Tentara Merah, memasuki Manchuria,

memporakporandakan tentara Kwangtung,

12 Agustus memasuki Korea,

13 Agustus Radio Tokyo menyiarkan,

Tentara Merah telah sampai ke Selatan pulau Sachalin,

cuma 42 kilo meter dari pantai Jepang.


Amerika Serikat,

hanya, karena tak mau menjadi pecundang kedua kali,

seperti di Berlin.

Dari Pentagon dan Gedung Putih memutuskan mendahului,

meluluhkan Tokyo dengan bom atom.


120 ribu jiwa disaat itu juga, mati,

di Hirosima dan Nagasaki.


14 Agustus 1045 Kaesar Hirohito menyatakan,

Jepang takluk tanpa syarat pada Sekutu.


VII


17 Agustus 1945,

rakyat negeri tiga belasan ribu pulau ini memproklamasikan kemerdekaannya,

sebagai negara republik, Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Anak-anakku,

rakyat dari republik yang muda ini,

yang baru lepas dari penindasan fasis Jepang,

dipaksa harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat,

pemenang Perang Dunia ke-dua.

Inggeris dan Belanda yang mendapat dukungan imperialis Amerika Serikat.


Tak hanya kekuatan dan persenjataannya,

senjata politik dan diplomasi,

memecah belah,

mendirikan negara-negara boneka,

mengepung republik.


Memecah kekuatan revolusi,

menggunakan orang-orang reaksioner yang terangkat pada kedudukan,

di aras republik,

dimula proklamasi.


Dimulai dengan terbunuhnya Kolonel Sutarto, Komandan TNI Divisi IV, 

permulaan September 1948, penculikan dan pembunuhan terhadap lima orang perwira TNI, Major Esmara Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten Sapardi, Kapten Suradi dan Letnan Muljono. Juga dua orang anggota PKI, Slamet Wijaja dan Pardijo, diculik pada 24 September,

dijadikan tawanan di kamp resmi Danurejan, Jokjakarta.


Terbuktilah pemerintah Hatta langsung campur tangan,

melakukan penculikan-penculikan, dan pembunuhan-pembunuhan.


18 September 1948 malam,

di Madiun pecah pertempuran antara pasukan-pasukan Angkatan Darat.

Residen Kepala Daerah tak ada di Madiun,

Wakilnya lepas tangan,

Walikota sakit.

Front Demokrasi Rakyat, mendesak Supardi, Wakil Walikota Madiun,

sementara menjabat Residen.

Hanya sementara.


Hatta menyebutkan tindakan ini "merobohkan pemerintah Republik Indonesia",

tindakan "mengadakan kudeta" dan tindakan "mendirikan pemerintah Soviet".


Esok siangnya,

Bung Karno menyebut Peristiwa Solo dan Madiun tidak berdiri sendiri.


“Tersiar pula berita – entah benar entah tidak – bahwa Musso,

akan menjadi Presiden Republik rampasan itu dan Mr. Amir Syarifuddin Perdana Menteri”.

Inilah dasar Hatta melakukan perburuan,  

dan pembunuhan ribuan orang anak negeri ini tanpa proses.


Yang tersiratpun,

tersurat.


Dengan acuan wakil-wakil imperialis Amerika Serikat,

Komisi Tiga Negara,

Hatta bermuka manis bersanding bermesraan maju kemeja perundingan.

Desember 1949, pemerintah Mohammad Hatta dan pemerintah Belanda,

menandatangani persetujuan Konferensi Meja Bundar,

persetujuan yang menempatkan Indonesia sebagai negeri setengah jajahan.

Kedaulatan negeri ini, diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat,

Serikat dari paduan Republik Indonesia

dan negara-negara bagian buatan Van Mook,

Irian Barat utuh, tetap menjadi bumi koloni,

Hutang-hutang Hindia Belanda,

juga biaya agresinya, harus dibayar Indonesia,


Anak-anakku,

awal tahun 1950, gerakan revolusioner rakyat bangkit,

aksi-aksi anti KMB,

demontrasi-demontrasi massa,

dihampir seluruh kota.  


Tak genap setahun, satu persatu negara bagian dibubarkan,

KMB dibatalkan tanpa perundingan dengan pihak sana.


Awal bulan Agustus, tahun 1951,

baru saja enam bulan,

Politbiro Central Comite PKI terpilih,

di bulan Januari 1951, memulai konsolidasi,  

setelah mendapat pukulan pada peristiwa Madiun.

orang-orang komunis dan kaum progressif diburu,

dan ditangkapi atas tuduhan palsu,

kemudian bermuara pada “Razia Agustus Sukiman”.


Rupanya,

kabinet Sukiman-Suwiro menandatangani perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat. Agar terlihat anti kiri kabinet melakukan penangkapan orang-orang komunis.

didasarkan,

ada aksi penyerbuan sekelompok pemuda berkaos “Palu-Arit”,

ke kantor polisi di Tanjung Periuk.

2.000 orang yang dianggap komunis ditangkap dan dijebloskan ke penjara.


Massa rakyat marah,                                                                                      

Aksi demontrasi dimana-mana,

di parlemen oposisi juga melakukan perlawanan

setahun kemudian, dibebaskan tahanan terakhir.

Kabinet Sukiman pun, jatuh.


17 Oktober 1952,

Demontrasi bersenjata ulah Angkatan Darat,

mengobrak-abrik Gedung Perwakilan Rakyat Sementara,

mengarahkan moncong meriam ke Istana Merdeka.


Delegasi yang dipimpin Kolonel AH Nasution,

mendatangi Presiden Sukarno,

menuntut, membubarkan parlemen,

parlemen telah dianggap mencampuri internal Angkatan Darat.


“Peristiwa 17 Oktober”, adalah

titik awal golongan militer kanan,

ikut campur di kehidupan politik di Indonesia.


Baru setahun terlewati,

rakyat menyelenggarakan pemilihan umum.

Berparlemen,

wujud ruang kedaulatan rakyat.


Tahun 1956,

dibeberapa daerah,

semula hanya bentuk ketidak puasan,

dari pembagian rezeki diantara para borjuis.

Mencuat kemudian berkembang menjadi pemberontakan sparatis

Empat divisi Angkatan Darat, 

di Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan 

bergabung membentuk pemerintahan PRRI/Permesta.

Pada hakekatnya,

juga jelmaan gerakan anti komunis.


Tahun 1957,

Keadaan Darurat Perang diberlakukan

kekuasaan penuh berujung ketangan kebijakan militer,

politik, ekonomi, juga budaya.


Pelaksana-pelaksana Darurat Perang, di pusat dan daerah,

menguasai perangkat-perangkat ekonomi di perusahaan-perusahaan negara,

buah perjuangan kaum buruh pada aksi pengembalian Irian Barat.


Sampai awal tahun 1959,

empat tahun Konstituante bersidang,

tak satupun rancangan Undang-undang disusun mendapatkan dua pertiga suara,

bahkan kembali ke-UUD ’45 pun gagal, meski mendapat pilihan mayoritas.


Presiden memaklumatkan dekrit 5 Juli 1959,

membubarkan Konstituante dan Parlemen.


Gerakan revolusioner dan PKI mendukung Dekrit,

mendukung Demokrasi Terpimpin yang anti-diktatur militer,

dan menentang diktatur perorangan.

Diyakini kepemimpinan Presiden Sukarno menjalankan politik anti imperialisme,

dan berupaya merusak tatanan feodalisme dengan diundangkannya UUPA dan UUPBH.

Undang-undang Pokok Agraria dan Undang-undang Pokok Bagi Hasil.


“Statemen Juli Polit Biro Comite Central PKI” , tahun 1960,

merupakan penilaian setahun kerja kabinet Djuanda,

bukan saja tidak berhasil melaksanakan programnya.

Tapi, telah menyeleweng dari Manipol dan Dekon.

Inilah dalih Penguasa Perang Pusat mengintograsi pimpinan tertinggi PKI,

Bahkan salah seorang diantaranya ditahan.

                                                                                                                       

Sebulan kemudian dan dengan dalih statemen itu juga,

Penguasa Perang Daerah di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan,

dan Sulawesi Selatan, peristiwa “Tiga Selatan”,

melarang kegiatan PKI didaerahnya,

peristiwa “Tiga Selatan”,


Tindakan anti demokrasi dan anti komunis itu dilakukan,

bahkan semasa PKI mengambil bagian aktif,

dan memberikan korban paling besar kader-kadernya,

menumpas pemberontakan, PRRI Permesta

bersama-sama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. 


VIII


Dini hari 1 Oktober 1965,

Enam Jenderal Angkatan Darat dan seorang perwira pertama diculik,

Pelakunya sesama perwira-perwira Angkatan Darat, “Gerakan 30 September”,

gerakan penyelamatan Presiden dari kudeta kekuatan kanan Angkatan Darat.


Ada petunjuk, beberapa anggota pimpinan PKI melibatkan diri.

Kaum reaksioner yang dimotori kekuatan kanan Angkatan Darat, menggunakan kesempatan,

menyerang PKI diseluruh negeri.


Perburuan dan pembunuhan terhadap kaum komunis,

dan kaum progressif dilancarkan amat terarah.

Tanpa perlawanan,

tak siap baik ideologi maupun organisasi.


Anak-anakku,

500 ribu sampai 3 juta anak negeri dibantai,

ribuan di kucilkan dipenjara-penjara, digedung-gedung rampasan.

diasingkan ke pulau Buru,

dirampas hak miliknya, dinistakan sampai ke keturunannya dan keturunannya lagi.


Kaum komunis yang membangun partainya ditahun 1920,

partai komunis tertua di Asia,

yang memimpin pemberontakan pertama melawan kolonialisme Belanda,

bergerak ilegal memimpin perlawanan kaum tani, terhadap fasis Jepang.

Kader-kadernya pernah menjadi inti pada revolusi Agustus 45,

berpengalaman mengatasi provokasi Madiun,

Bangkit diawal tahun 50-an,

menjadi partai yang mencakup kesemua daerah dan suku bangsa.

Hanya dalam waktu yang singkat dilumpuhkan,

dibubarkan dan dilarang dinegerinya sendiri.


Kaum reaksioner, setelah berhasil mematahkan kekuatan PKI,

serangan pun diarahkan kepada kekuatan tengah,

tujuan akhir menggulingkan Presiden Sukarno.


Presiden Sukarno terpaksa menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966

pelimpahan kekuasaan kepada Jenderal Suharto,

dan menggunakannya dengan licik membubarkan PKI,

melarang ajaran Marxisme-Leninisme di Indonesia.


MPRS yang sudah dibersihkan dari kekuatan kiri dan tengah,

memberhentikan Sukarno dan mengangkat Jenderal Suharto sebagai Presiden.


Anak-anakku,

peristiwa provokasi Madiun,

membuka jalan kaum reaksioner melakukan kompromi-kompromi dengan imperialis.

Perjanjian KMB menempatkan Indonesia, menjadi negeri setengah jajahan.


Setelah “Gerakan 30 September”, mematahkan kekuatan PKI,

dan mengulingkan Presiden Sukarno,

membalikkan arah politik dan ekonomi yang sepenuhnya  mewakili

dan mengabdi pada kepentingan kaum imperialis,

pemilik modal multi nasional.

menjadikan negeri ini, negeri “jajahan bentuk baru”, Neo-Kolonial.


Langkah pun diambil,

kebijakan merajut pengkhianatan,  

pemerintah Suharto menerbitkan Undang-undang No. 1/1967,

membuka pintu selebar-lebarnya, masuknya modal asing,

Bahkan modal asing dibebaskan bergerak,

mulai dari industri besar, industri menengah dan industri kecil,

mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir.   

Mengembalikan semua perusahaan asing yang telah diambil alih,

tanah-tanah garapan kaum tani hasil pelaksanaan UPPA,

dikembalikan pada pemilik semula,

tuan tanah feodal.


Tatanan kapitalisme yang merasuk,

tak menyudahi penghisapan tatanan feodal di pedesaan.

monopoli tanah oleh tuan tanah, sewa tanah berupa jasa,

sewa tanah berupa uang, dan lintah darat.

Sisa-sisa feodal yang berat dipertahankan,

dijadikan tumpuan,

dimanfaatkan dalam hubungan produksi kapitalis.


Anak-anakku,

sampai kapan bentuk dan tatanan negeri tigabelasan ribu pulau ini,

negeri jajahan bentuk baru dengan sisa-sisa feodal yang masih berat,

menjadi tatanan,

berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi,

dan berkepribadian di bidang kebudayaan?


Pendahulu, sudah merentang busur, mengarahkan kesasaran,,

tinggal kapan melepas anak panahnya.


Medan, awal 2014.