Langkah
Rabu, 20 Juli 2016
#LiveStreaming Pembacaan Putusan IPT1965
Minggu, 24 Agustus 2014
Senin, 14 Juli 2014
Internationale (dalam Bahasa Indonesia)
Jumat, 18 April 2014
sejarah suku batak: penyebaran agama ke suku batak
sejarah suku batak: penyebaran agama ke suku batak: Topografi dan alam Tapanuli yang subur, telah menarik orang-orang Melayu Tua (Proto Melayu) untuk bermigrasi ke wilayah Danau Toba sekitar...
sejarah suku batak: asal usul marga orang batak
sejarah suku batak: asal usul marga orang batak: MARGA BATAK Orang Batak selalu dikenal dengan marganya. Marga ini merupakan simbol bagi keluarga Batak. Karena marga diperoleh dari garis...
Senin, 24 Februari 2014
Negeri tigabelasan ribu pulau ini bernama Indonesia
Negeri tigabelasan ribu pulau ini
bernama, Indonesia
I
Anak-anakku,
negeri
kepulauan ini sangat subur,
gunung-gunung,
lembahnya, sungai-sungi dan air terjun.
Sejak
purbakala, anak negeri dikenal petani tangguh dihulu hingga ke hilir.
di
muara, pengharung samudera,
penjelajah
benua.
13.690
pulau-pulau ditengah dua Benua,
menjadi
lintasan, para penjelajah dan pelayar,
dari
Utara ke Selatan,
dari
Barat ke Timur, melewati Tanjung Harapan.
Disanding
benua Asia dan Australia,
disanding
samudera Pasifik dan samudera Hindia.
Perut
buminya menjadi kandungan bermacam-macam mineral,
dari
timah sampai emas, dari mangan sampai batubara,
dari
bauksit sampai minyak bumi,
dari
gas sampai uranium.
Suburnya
tanah di dua musim, dan kekayaan kandungannya,
sungai-sungai
dan lautan, yang menghubungkan pulau satu kepulau yang lain.
Anak
negeripun bertahan hidup berkecukupan dan berkembang,
sudah
keharusan mendapatkan laju kemakmuran disepanjang zaman.
Negeri
ini keempat dari lima negeri terbesar didunia,
setelah
Tiongkok, India, dan Amerika.
Ramai
dilintas, ramai dipintas, dan akhirnya ramai melirik,
ingin
menguasi.
Negeri
ratusan suku bangsa, berbahasa ibunya yang berbeda,
ragam
budaya yang berasal dari hulu yang sama.
pernah
hidup didaratan Asia,
India
Muka.
Merekalah
orang-orang Mon Kmer.
Pada
1500 tahun sebelum kalender Masehi, dipaksa memilih,
para
bangsa pemenang dari Barat dan dari Selatan,
menjadi
budak atau mencari bumi garapan yang baru.
Leluhur
pun memilih,
meninggalkan
bumi garapannya di lembah Sungai Mekong, Irawadi
dan
Sungai Salwin.
Mengharungi
ganasnya samudra,
menundukkan
kebuasan alam raya.
Sebagian
mereka terdampar di Madagaskar, di Pilipina,
yang
lain terdampar di negeri ini, negeri tigabelasan ribu pulau.
Meski,
budaya dan bahasa yang samapun menjadi lepas,
terbawa
pisah, gunung-gunung, sungai-sungai besar dan selat,
berabad-abad.
Mencari
dan menurutkan, tumbuh, dan membumi,
mengikuti
garis ibu mereka masing-masing.
Namun,
tradisi,
bersama
bergumul dengan tanah garapan, berburu dan berlayar,
hasilnya
dinikmati, menjadi milik bersama.
Setiap
orang punya hak yang sama atas hamparan anugerah alam.
Mereka
memilih pengetua mereka sendiri,
bukan
penguasa,
tak
ada yang menguasai, tak ada yang dikuasai
Anak-anakku,
priode
inilah yang disebut zaman masyarakat komune primitif,
zaman
mula lahirnya masyarakat.
Ras
Negrito dan Weda, ras yang telah ribuan tahun bemukim sebagai pendahulu
memilih
berbaur dengan pemukim pendatang,
yang
jauh melebihi kebersahajaan mereka,
yang
mahir bercocok tanam, memancing ikan kelaut lepas,
berburu
dengan pisau, lembing bermata besi dan busur panah
Ada
yang memilih memisahkan diri kepulau-pulau lain.
II
Anak-anakku,
Dari
1500 tahun, hingga ke 300 tahun sebelum kalender Masehi,
Perkembangan
perkakas kerja, dan pembagian kerja, tukang, peternak dan petani,
menghantar
para pengetua, kepala perang, pengatur tukar-menukar hasil,
dan
pelaksana hubungan dengan Yang Mahakuasa atas bumi dan langit,
menjadi
tamak.
Yang
semula alat kerja dan sasaran kerja, menjadi milik bersama,
diubah,
dijadikan milik orang perorang,
milik
mereka.
Mereka
yang pada mulanya dipilih bersama-sama,
mengundangkan
kuasa menunjuk penggantinya.
Tak
hanya itu,
ketamakan
memang tak berbatas,
tamak
kuasa, tamak perluasan wilayah.
Perang
dan perang pun berlanjut tak berkesudahan,
pemukiman
yang kalah, dikuasai penguasa mukim yang menang.
Pemilik
mukim yang menang meluas, dan terus meluas
tawanan
dijadikan budak.
Para
penghutang yang tak mampu membayar,
bernasib sama
pemilik-pemilik
budak, berhak sesukanya,
anak-anak
yang dilahirkan pasangan budak-budak merupakan milik tuan budak
dijadikan
barang dagangan, diperjual belikan,
bahkan
dibunuh, tak menjadi masalah..
Pengetua
dan keluarganya pun sudah memisahkan diri,
tinggal
di Keraton dan Kedaton, harus dihormati dan dipatuhi
yang
titahnya adalah hukum, tak tergugat,
pantang
terhambat.
Anak-anakku,
pada
priode inilah, pertama kali lahir negara,
dengan
segala perangkat yang menjadi alat penindas perlawanan para budak-budak.
Priode
inilah yang disebut zaman masyarakat perbudakan,
zaman
masyarakat pemilikan budak
Jurangpun
terbentuk diantara dua klas,
budak
dan dipihak lain pemilik budak,
yang
semula tak ada menjadi ada
Priode
zaman masyarakat komune primitif di negasi oleh periode,
zaman
masyarakat pemilikan budak.
Hasil
kerja budak, yang awalnya meningkatkan laju produksi,
lambat
laun menurun.
Mereka
berfikir bijak;
budak
tak akan pernah menikmati apapun dari buah tenaga kerja mereka.
Perlawanan
dimulai dari sini
tak
pernah henti-hentinya
terbuka,
maupun yang tertutup
.
Kaum
tani dan tukang kerajinan tangan,
yang
pada awalnya orang-orang merdeka
bangkrut,
akibat
harus memundak tanggungan,
membayar
biaya perang yang diwajibkan negara,
jatuh
menjadi budak-budak.
Mereka
mulai melarikan diri dan bergabung dalam perlawanan
Perang
yang panjang,
mempertahankan
kekuasaan yang sudah dimiliki,
penyebab
merosotnya tingkat produksi,
perdagangan
semakin memburuk, .
Kemajuan
tenaga produktif, tak sebanding dengan hubungan produksi,
tatanan
masyarakat perbudakan menjadi perintang.
III
Di
Jawa kekuasaan feodal, dimulai pada awal kalender tahun Masehi.
Tuan
tanah feodal, kaum bangsawan, pendeta, kepala suku menjadi penguasa,
para
budak, jadi tani-hamba.
Lahirlah
pembagian hasil kerja perlu bagi kaum tani,
dan
hasil kerja lebih yang lebih besar dirampas tuan tanah feodal,
masyarakat
perbudakan berakhir di negasi masyarakat feodal.
Tani-hamba
memang bukan budak,
tapi,
tetap harus mencukupkan kerja rodi,
yang
tak diupah ditanah tuan tanah Feodal.
Penindasan
yang luar biasa terhadap kaum tani,
Adat
“belah bambu, menjilat keatas memijak kebawah”,
jadi
prilaku para bangsawan.
Pemberontakan
terjadi berkali-kali,
di
kerajaan Mataram Pertama di abad ke-6 dan ke-9,
di
kerajaan Kediri awal abad ke-13,
di
kerajaan Majapahit, abad ke-14 dan ke-15.
Namun
pemberontakan ini hanya mengalihkan kekuasaan,
dari
raja yang satu ke raja yang lain,
dari
penindas yang satu ke penindas yang lain.
Pemberontakan-pemberontakan
itu gagal,
Tapi
kaum tani telah terlatih.
Dan
raja-raja yang baru, kala menduduki tahta,
memaklumatkan
menjadi Undang-undang mengurangi,
juga
meniadakan beberapa rupa penindasan.
Anak-anakku,
Jauh
sebelum kalender Masehi,
jauh
sebelum orang-orang Hindu datang,
anak
negeri, yang memukimi negeri tigabelasan ribu pulau-pulau ini,
telah
mengenal alat-alat kerja dan senjata dari Batu dan Besi.
Tahun
150 kelender Masehi, di Yunani, Protolomeus menulis,
bahwa,
tanah pulau Jawa amat subur dan menghasilkan banyak Emas.
Dalam
masa yang sama Epos Hindu Ramayana menyebutkan,
__
“Belajarlah dengan cermat tentang Jawadwipa,
yang mempunyai tujuh kerajaan,
Pulau
emas dan perak,
Dengan
barang-barang emas yang melimpah”. __
Ditahun
132, Jawa mengirimkan utusannya ke Tiongkok,
membawa
berbagai ukiran dari Emas dan Perak.
Di
tahun 414, kapal dagang Tiongkok melego jangkar dari Jawa Barat,
berlayar
menuju Kanton bersama 200 saudagar Hindu.
Jauh
sebelum kedatangan bangsa asing,
peradaban
anak negeri sudah dikenal bangsa-bangsa,
di
benua Eropah dan Asia.
Karena
peradaban itu bukan jatuh dari langit,
juga
bukan dari hibah bangsa lain.
Abad ke-14, kapal-kapal dagang asing mulai
berdatangan.
Melabuh
jangkar dibandar Banten dan Maluku,
memuat
rempah-rempah yang ramai menjadi permintaan pasar di Eropah.
Diracik
menjadi ramuan obat-obatan dan bumbu dapur.
Bandar-bandar
pun didatangi para saudagar asing,
Parsi,
Tionghoa dan India, menjadi perantara,
menghadiahkan
berbagai cendramata perhiasan-perhiasan mewah.
Juga
lumrah, menikahkan anak perempuan mereka dengan raja-raja lokal,
pelengkap
merajut hubungan agar tak ada titah yang menidakkan.
Raja-raja
lokal yang semula beragama Hindu, menjadi penganut agama Islam.
Cara
yang menjadi rujukan agar raja-raja lokal dikawasan pantai memisahkan diri,
lepas
dari kekuasaan Majapahit yang beragama Hindu, yang jauh dipedalaman.
Anak-anakku,
tuturan
tentang wali sembilan, benar,
bertaut
keberhasilan, menghantar raja-raja lokal disepanjang pantai,
menguasai
daerah pedalaman yang didominasi kerajaan Majapahit.
Tahun
1521, kerajaan Demak dan kerajaan-kerajaan penganut Islam
berhasil
menggulingkan kerajaan Majapahit.
Portugis
yang datang pada tahun 1496,
mula
berdagang dan menyebarkan agama Kristen,
yang
tengah menjamur di Eropah.
Khawatir,
Demak pun membangun tentara reguler,
yang
tak dilakukan kerajaan-kerajaan Hindu,
menghadapi
kala terjadi serangan orang-orang Portugis,
sembari
memadamkan pemberontakan tani.
Pada
tahun 1513 Dipati Unus memimpin angkatan laut Demak,
terpaksa
mundur dari pertempuran,
kalah
unggul dari kapal-kapal perang dan persenjataan Portugis.
Orang-orang
Spanyol tahun 1512 mendarat di Tidore,
Mereka
bersekutu dengan raja Tidore,
yang
tengah berperang dengan orang-orang Portugis
Orang-orang
Portugis bersekutu dengan raja Ternate.
Orang-orang
Spanyol dan Kerajaan Tidore,
berperang
dengan orang-orang Portugis dan kerajaan Ternate.
17
tahun berperang, orang-orang Spanyol menghentikan perang,
menerima
ganti rugi 350.000 crusasdos,
memuluskan
orang-orang Portugis menguasai monopoli cengkeh di Tidore dan Ternate.
22
Juni 1596, Armada Belanda,
dengan
4 buah kapal pimpinan Cornelis de Houtman.
berlabuh
di bandar Banten.
Semula
berdagang, lalu diperlukan aturan,
didirikanlah
di negeri Belanda perkumpulan dagang VOC,
dikelola
oleh seorang Gubernur Jenderal dengan wewenang dari “Dewan Hindia”.
Anak-anakku,
tak
berarti, negeri tigabelasan ribu pulau ini sudah menjadi negeri jajahan
Belanda.
Meski,
negeri kerajaan itu sudah menyebut negeri ini, Hindia,
Indische.
Jan
Peter Zoon Coen, ia yang meluaskan kekuasaan,
meletakkan
dasar-dasar kolonialisme di negeri ini,
negeri yang mereka namakan Hindia.
4
Maret 1621, merebut Jayakarta,
sejak
itu Jayakarta berganti nama,
Batavia.
Jadilah
Batavia pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Tahun
1641, benteng Portugis di Asia Tenggara, Malaka, dikuasai Belanda,
tahun
1661, Belanda merebut Makasar,
tahun
1677, menguasai pantai utara jawa,
lalu
tahun 1692 Banten dikuasai,
pada
1749 Belanda berhasil menundukkan Mataram
Begitulah, negeri kecil di Eropa,
puluhan
ribu kilometer dari negeri belasan ribu pulau,
berminggu-minggu
berlayar,
mengalahkan
raja-raja, yang saling bertikai dan berperang.
IV
Masa
VOC, masa awal kapital secara primitif.
Penindasan
tak ada tara terhadap kaum tani,
dan
dagang perampokan diseluruh Nusantara,
yang
mereka gelari Indische.
Karl
Marx di bukunya, “Kapital” menulis,
__
“ dan pada abad ke-17 negeri Belanda merupakan model tipikal bangsa kapitalis,
adalah,
salah
satu dari hubungan-hubungan yang paling luar biasa dari pengkhiatan,
penyuapan,
pembantaian dan kejahatan.
Tiada
yang lebih tipikal dari pada sistem pencurian uang di Selebes,
untuk mendapatkan budak-budak, untuk Jawa.
Si
pencuri dan sipenjual merupakan agen-agen utama dalam perdagangan ini
dan
bangsawan-bangsawan pribumi merupakan penjual-penjual utamanya.
Pemuda-pemuda
yang dicuri disembunyikan dipenjara-penjara,
sampai
mereka itu siap dikirim ke kapal-kapal budak.
Kota
Makasar ini penuh dengan penjara-penjara rahasia,
yang satu lebih mengerikan dari yang lain,
penuh
dengan orang-orang yang celaka itu,
korban-korban
dari ketamakan dan kelaliman,
yang
dirantai dan dengan paksaan dipisahkan,
dari
keluarga mereka”. __
Abad
ke-17 dan ke-18, kaum tani di Jawa bangkit melakukan pemberontakan,
tahun
1800, VOC bangkrut,
140
juta Gulden hutang, dialihkan hak dan kewajibannya,
jadi
tanggungan Kerajaan Belanda.
Tahun
1811 sampai 1816,
lima
tahun dikuasai Inggeris, Belanda kembali berkuasa.
Meletus
Perang Diponegoro dari tahun 1825 sampai 1830,
lima
tahun perang menguras kas kerajaan Belanda 20 juta Gulden.
Menghindari
kebangkrutan diberlakukan curtuurstelsel,
kaum
tani wajib tanam tanaman yang diminati pasar Eropah,
1/3
sampai 2/3 tanahnya.
40
tahun curtuurstelsel,
masa
kegelapan,
masa
kesengsaraan.
Tengah
abad ke-19, perubahan besar terjadi di Eropah.
Revolusi
industri di Inggeris,
mekanisasi
alat kerja dan konsentrasi buruh di pabrik-pabrik,
dan
investasi untuk tekhnologi dan bangunan,
inilah
ciri dari revolusi industri.
Belanda,
yang memiliki negeri jajahan yang kaya, Indische,
Hindia
Belanda,
tertinggal
di urutan belakang di Eropah.
Pemilik
modal, kapital swasta Belanda menuntut persaingan bebas,
menghapus
sistem monopoli.
Tahun
1870, maklumat pun diundangkan dan diberlakukan di Hindia Belanda,
“Agrarisch
Wet de Well”, yang lebih dikenal dengan sebutan “Domeinverklaring”
Semua
tanah yang tidak memiliki hak eigendom adalah milik negara.
Anak
negeri ini pun tak berhak atas tanah negerinya,
“Domeinverklaring”,
memuluskan
penanaman modal swasta dibidang pertanian dan perkebunan.
Berakhirlah
masa politik kolonial monopoli kapital
dagang,
beralih
menjadi politik kolonial kapital industri.
Hanya
15 tahun, pada tahun 1895, terjadi krisis ekonomi.
Kapital
bank, mengambil alih kapital industri.
Masa
inilah yang disebut masa kapitalisme sampai pada titik puncaknya,
yaitu
imperialisme.
Eksport
kapital dari negeri-negeri induk,
menghisap
dan menindas rakyat di negeri koloninya,
pasar
bagi produksi negerinya, sumber tenaga buruh murah,
dan
pangkalan perang serta sumber personil militer bagi negeri imperialis.
Dan
kolonial Belanda melangkah ,
menguasai
teritorial Hindia Belanda secara politik dan militer,
penelitian,
pengembangan tak terbatas bagi kapitalnya.
Perang-perang
kolonialpun merambah keseluruh negeri,
tahun
1846 disusul tahun 1848 dan lagi pada tahun 1849, Perang Bali,
tahun
1858 Perang Tabah di Jambi,
tahun
1859 Perang Bone di Sulawesi,
tahun
1860 Perang di Banjarmasin,
di
Tapanuli perang dipimpin Sisingamangaraja,
tahun
1894 sampai tahun 1895 pecah perang di Lombok,
Perang
Aceh berlangsung dari tahun 1873 hingga
awal abad ke-20.
Tak
pernah ada negeri yang ingin dijarah kolonial tunduk, tanpa perlawanan.
Perang-perang
kolonial pada akhir abad ke19 itu,
menundukkan
raja-raja feodal dan perlawanan rakyat.
Terbentuklah
kesatuan wilayah dibawah satu kekuasaan terpusat,
pemerintah
kolonial Hindia Belanda.
Batas-batas
yang diciptakan raja-raja feodal memecah wilayah,
menjadi
hapus.
Dan
yang akhirnya akan menciptakan sistem ekonomi yang sama,
ekonomi
kolonial.
Kesamaan
wilayah dan kesamaan ekonomi,
adalah
rupa, prasyarat terciptanya nasion.
JW
Stalin menulis, __ “nasion adalah persekutuan dari orang-orang yang stabil,
yang
tersusun menurut sejarah, terbentuk berdasarkan satu bahasa,
wilayah
kehidupan ekonomi bersama dan susunan kejiwaan yang terjelma,
dalam
satu kebudayaan yang sama”. __
Kapital
bank yang mengambil alih, kapital industri,
menanamkan
modalnya besar-besaran dinegeri ini, negeri koloninya
Hindia
Belanda.
Dibuka
jalan raya, jalan kereta api, pelabuhan,
industri
pengolah bahan mentah, perkebunan tebu dan pabrik gula,
perkebunan
dan pabrik karet, teh, tembakau dan pertambangan.
Tak
terelakkan lahirlah klas baru,
klas
proletar dari kandungan kapitalis Belanda,
yang
sudah sampai pada titik tertingginya, imperialisme.
Meski
imperialis Belanda, bertahan pada hubungan produksi feodal,
demi
laju kelanjutan penghisapannya,
tak
urung,
kapitalisme
merasuk dan masuk ditengah-tengah masyarakat,
menjadi
tatanan klas borjuis.
Tenaga
administrasi dan tekhnik di industri perkebunan dan infrastruktur,
dibutuhkan pendidikan,
sekolah-sekolah
pun didirikan,
terbatas
pada anak-anak kaum bangsawan dan pegawai tinggi.
Lahirlah
intlektual-intlektual anak negeri, cikal bakal gerakan nasionalisme.
20
Mei 1908, lahir Budi Utomo, organisasi borjuis pertama,
menjungjung
cita-cita kemanusiaan, menghidupkan kebudayaan dan ilmu Bumi Putra.
Didahului,
tahun 1905 berdiri organisasi buruh, SS Bond,
dua
organisasi yang lahir berbeda waktu,
yang
juga berbeda klas.
Klas
buruh lahir mendahuli klas borjuis,
organisasi
klas buruh juga lahir,
mendahului
organisasi klas borjuis.
Gerakan
kaum borjuis demokratis, kaum borjuis dagang,
mendirikan
Sarikat Dagang Islam pada tahun 1911, kemudian,
berganti
nama ditahun 1912, menjadi Sarikat
Islam.
Organisasi
ini bukan hanya beranggotakan borjuis
dagang,
di
cabang-cabangnya digunakan kaum pekerja menyatukan diri.
Sarikat
Islam berkembang, menembus kesemua sukubangsa,
menggalang
kesatuan nasion.
Tahun
1912, kaum intelektual revolusioner demokratis,
tokoh
Indo Belanda Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan
Suwardi
Soerjadiningrat, di Bandung membentuk Indische Party.
Dengan
propaganda partainya, “Indische Nasionalisme”,
membangkitkan
kesadaran nasional rakyat.
Organisasi
politik pertama kaum Marxis, didirikan tahun 1914 di Surabaya,
ISDV,
Indische Social Demokratische Vereneging, organisasi penyebar Marxis pertama.
ISDV,
melebur diri pada 23 Mei 1920 menjadi Partai
Komunis Indonesia.
Pada
Nopember 1918, “Konsentrasi Radikal” berdiri,
Sarikat
Islam, Budi Utomo, Insulinde, Pasundan dan ISDV, menyatu,
memperkokoh
kesatuan nasional,
menuntut
adanya undang-undang dasar parlemen,
dan
pemerintahan yang demokratis.
PKI
bukan hanya mempunyai peranan penting,
tapi
memimpin gerakan kemerdekaan nasional,
selaras
tuntutan obyektif.
Gerakan
kemerdekaan nasional,
adalah
bagian perjuangan proletariat dunia.
Hanya
dengan kemerdekaan nasional,
tercapai
pembebasan klas buruh dari penindasan imperialisme.
Pemerintah
kolonial mulai melancarkan provokasi,
pemecatan-pemecatan
terhadap kaum buruh, penangkapan kaum tani,
pembredelan
suratkabar-suratkabar,
dan
penutupan sekolah-sekolah yang didirikan PKI.
Pemberontakanpun
terjadi pada tahun 1926 di Jawa,
dan
di awal tahun 1927 di Sumatera.
Anak-anakku,
pemberontakan
ini dikalahkan, 4500 orang dijatuhi hukuman penjara,
dan
tidak kurang 1500 orang yang dibuang ke Tanah Merah di Papua.
Kaum
komunis telah dengan gagah berani,
memberikan
pimpinan dalam perlawanan bersenjata.
Tangan
proletariatlah pertama-tama mengangkat senjata melawan imperialisme,
membela
nasion Indonesia.
PKI
dilarang pemerintah kolonial.
Pada
tahun 1927 Soekarno mendirikan PNI, Partai Nasional Indonesia,
berdirinya
partai nasionalis kiri ini, disambut antusias massa revolusioner.
28
Oktober 1928, Kongres Pemuda, mengikrarkan “Sumpah Pemuda”,
rekat pemuda berbagai suku bangsa dan aliran
politik mengikat sumpah,
bahwa,
mereka berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu, Indonesia,
merah
putih, lagu Indonesia Raya yang terinspirasi Marseillaise dan Internasionale,
dan
Rajawali, menjadi bendera, lagu dan lambang bangsa.
Pada
tahun 1933, “Zeven Provincien”, kapal perang Angkatan Laut Belanda,
diambil
alih para pelaut Indonesia dan Belanda, mereka padu,
meski
di bombardir dari udara, namun setia kawan tak tergoyahkan.
Lagi
pemberontakan dipatahkan, dipadamkan, tapi tak akan kuasa mengakhiri.
Kepercayaan
sudah terpatri, bahwa kemenangan dan kemerdekaan bukan mimpi.
Sebelum
Perang Dunia ke-2,
gerakan
anti fasis, perwujudan yang lebih nyata pada gerakan nasional Indonesia.
Kader-kader
komunis di Gerindo, pada tahun 1939 membangun front persatuan nasional,
Menyatukan
Parindra, Gerindo, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, Partai Islam Indonesia,
dan
persatuan politik Katolik Indonesia, bergabung di GAPI, Gabungan Politik
Indonesia,
dan
melakukan gerakan “Indonesia berparlemen”.
Awal
tahun 1941 pecah Perang Fasifik,
kader-kader
komunis di Gerindo membangun GRAF,
front
perjuangan ilegal revolusioner
dengan
buletin “Menara Merah”, menyebarkan kampanye anti fasis,
VI
Asia
Timur dan Asia Tenggara, dikuasai Jepang
10
Januari 1942, Tarakan jatuh, menyusul Sulawesi, Balik Papan,
Februari
1942, pasukan Jepang mendarat di Pontianak,
Makasar
menyusul, Banjarmasin, Palembang dan Bali.
Jepang
mendarat di Banten, Indramayu, Krajan.
5
Maret 1942 pusat kekuasaan kolonial Belanda,
Batavia
dikuasai,
8
Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah kalah,
melepas
tanah jajahannya, kepada Imamura panglima tentara Jepang.
Anak-anakku,
Sejak
itu, negeri ini menjadi negeri pendudukan militer Jepang,
Belanda
dipaksa angkat kaki atau dijadikan penghuni kamp-kamp tahanan.
Rakyat
terus melanjutkan perjuangan revolusionernya,
sabotase
di pabrik-pabrik,
merusak
rel-rel kereta-api,
mengorganisasi
pemberontakan ditubuh pasukan-pasukan,
mengorganisasi
pemberontakan tani, di Singaparna,
Indramayu,
Tanah Karo dan Blitar,
mendorong
perlawanan kaum intelektual,
mahasiswa,
pelajar dan pemuda.
Dipegunungan
disebelah Utara pulau Sumatera,
di
Bukit Barisan,
fasis
Jepang bersekutu dengan tuantanah feodal,
merampas
tanah garapan kaum tani di Deli, Tanah Karo dan Langkat.
Aron
kumpulan saling bantu kaum tani Tanah Karo,
bangkit
membentuk diri menjadi organisasi anti
fasis,
dibakar
kemarahan 26 Juli 1942, di Pancur Batu,
kaum
tani Aron menewaskan puluhan serdadu Jepang,
16
pejuang tani Aron gugur.
Jepang
sangat mengerti dinegeri ini, mayoritas Islam
Orang
Jepang beragama Islam, haji Muniam Imada,
berhasil
menguasai Majelis Islam ala Indonesia,
mengolah
dan mengubahnya menjadi Masjumi,
Madjelis
Sjura Muslimin Indonesia.
Katanya,
Asia
Timur Raya, di bawah Dai Nippon,
sesuai
perintah Allah.
Gerakan
anti fasis yang dipimpin kader-kader komunis,
terbuka.
Pemgkhianatan
di front perjuangan,
disusupi
bekas-bekas PID. intel Melayu, bentukan kolonial Belanda,
tergiur
jadi anjing piaraan kekuasaan penggantinya.
Pada
tahun 1943, kader-kader komunis yang bergerak ilegal,
dijatuhi
hukuman mati, disiksa dipenjara-penjara,
atau
gugur dipancung kelewang samurai, kempetai,
tak
membuat gerakan anti fasis terhenti.
Di
Indramayu,
kaum
tani Kandang Haur yang tak henti-hentinya,
dipaksa
menyerahkan hasil panen padinya,
jenuh.
23
Oktober 1943 bangkit melakukan perlawanan,
Pemberontakan
di Sukamanah Singaparna 14 Februari 1944.
Subekti
gugur pada pemberontakan di Indramayu,
kyai
Mustofa gugur pada pemberontakan di Singaparna,
gugur
melaksanakan tugas mulianya.
Bukankah,
__
“menyalurkan dan memimpin perjuangan rakyat,
Dan
bila ketidak kepuasan rakyat sudah sampai pada puncaknya,
supaya
tampil kedepan mengambil tanggung jawab perjuangan.
Tiap
perlawanan merupakan pelajaran dan pengalaman penting,
karenanya
sedapat mungkin harus dipimpin.
Hal
itu akan mempertajam dan mempertinggi tingkat perjuangan,
anti
fasis pada umumnya, dan sekaligus merupakan latihan untuk persiapan,
revolusi
nasional kelak dikemudian hari”.__
Inilah
amanat Gerakan Rakyat Anti Fasis.
Diakhir
tahun 1944, bulan Desember,
malam,
di
kesatuan Rengas Dengklok,
sehabis
Tengko, apel malam,
perwira-perwira
bawahan Sodancho, dan Budancho,
kumpul
di ruangan Hombu, ruangan staf.
Merekat
tekat, mengangkat senjata,
mengusung
amarah rakyat, melakukan pemberontakan.
14
Februari 1945, subuh pukul tiga,
Blitar
masih tidur,
Ledakan
mortir mengguntur,
letusan
bedil ditingkah ledakan geranat,
menghentak
menyongsong bayang-bayang mentari fajar.
Perjanjian
memang tak pernah ada antara singa dan manusia,
ucap
ksatria Junani pada pangeran Troya.
Kalaupun
ada, pasti salah satu akan teraniaya.
Seorang
Cudancho, dua Syodancho dan dua Budancho,
dijatuhi
hukuman mati oleh pengadilan militer Jepang,
gugur,
dipancung, dipenggal lehernya.
Dua
Sudancho dan dua Budancho gugur,
disiksa
dipenjara Cipinang dan Sukamiskin.
Anak-anakku,
tujuh
hari seusai perayaan hari Kemenangan Buruh Sedunia,
8
Mei 1945, diujung akhir kancah Perang Dunia Kedua,
Tentara
Merah memancangkan bendera merah,
bergambar
palu arit dipuncak Reigstag
Sang
diktator fasis Hitler mati, bunuh diri,
poros
Berlin, Roma, Tokyo, patah, ringkik.
8
Agustus 1945, Tentara Merah, memasuki Manchuria,
memporakporandakan
tentara Kwangtung,
12
Agustus memasuki Korea,
13
Agustus Radio Tokyo menyiarkan,
Tentara
Merah telah sampai ke Selatan pulau Sachalin,
cuma
42 kilo meter dari pantai Jepang.
Amerika
Serikat,
hanya,
karena tak mau menjadi pecundang kedua kali,
seperti
di Berlin.
Dari
Pentagon dan Gedung Putih memutuskan mendahului,
meluluhkan
Tokyo dengan bom atom.
120
ribu jiwa disaat itu juga, mati,
di
Hirosima dan Nagasaki.
14
Agustus 1045 Kaesar Hirohito menyatakan,
Jepang
takluk tanpa syarat pada Sekutu.
VII
17
Agustus 1945,
rakyat
negeri tiga belasan ribu pulau ini memproklamasikan kemerdekaannya,
sebagai
negara republik, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Anak-anakku,
rakyat
dari republik yang muda ini,
yang
baru lepas dari penindasan fasis Jepang,
dipaksa
harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat,
pemenang
Perang Dunia ke-dua.
Inggeris
dan Belanda yang mendapat dukungan imperialis Amerika Serikat.
Tak
hanya kekuatan dan persenjataannya,
senjata
politik dan diplomasi,
memecah
belah,
mendirikan
negara-negara boneka,
mengepung
republik.
Memecah
kekuatan revolusi,
menggunakan
orang-orang reaksioner yang terangkat pada kedudukan,
di
aras republik,
dimula
proklamasi.
Dimulai dengan terbunuhnya Kolonel Sutarto, Komandan TNI Divisi IV,
permulaan September 1948, penculikan dan pembunuhan terhadap lima orang
perwira TNI, Major Esmara Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten Sapardi, Kapten Suradi
dan Letnan Muljono. Juga dua orang anggota PKI, Slamet Wijaja dan Pardijo,
diculik pada 24 September,
dijadikan tawanan di kamp resmi Danurejan, Jokjakarta.
Terbuktilah pemerintah Hatta langsung campur tangan,
melakukan penculikan-penculikan, dan pembunuhan-pembunuhan.
18 September 1948 malam,
di Madiun pecah pertempuran antara pasukan-pasukan Angkatan Darat.
Residen Kepala Daerah tak ada di Madiun,
Wakilnya lepas tangan,
Walikota sakit.
Front Demokrasi Rakyat, mendesak Supardi, Wakil Walikota Madiun,
sementara menjabat Residen.
Hanya sementara.
Hatta menyebutkan tindakan ini "merobohkan pemerintah Republik
Indonesia",
tindakan "mengadakan kudeta" dan tindakan "mendirikan
pemerintah Soviet".
Esok siangnya,
Bung Karno menyebut Peristiwa Solo dan Madiun tidak berdiri sendiri.
“Tersiar pula berita – entah benar entah tidak – bahwa Musso,
akan menjadi Presiden Republik rampasan itu dan Mr. Amir Syarifuddin
Perdana Menteri”.
Inilah dasar Hatta melakukan perburuan,
dan pembunuhan ribuan orang anak negeri ini tanpa proses.
Yang tersiratpun,
tersurat.
Dengan acuan wakil-wakil imperialis Amerika Serikat,
Komisi Tiga Negara,
Hatta bermuka manis bersanding bermesraan maju kemeja perundingan.
Desember 1949, pemerintah Mohammad Hatta dan pemerintah Belanda,
menandatangani persetujuan Konferensi Meja Bundar,
persetujuan yang menempatkan Indonesia sebagai negeri setengah jajahan.
Kedaulatan negeri ini, diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat,
Serikat dari paduan Republik Indonesia
dan negara-negara bagian buatan Van Mook,
Irian Barat utuh, tetap menjadi bumi koloni,
Hutang-hutang Hindia Belanda,
juga biaya agresinya, harus dibayar Indonesia,
Anak-anakku,
awal tahun 1950, gerakan revolusioner rakyat bangkit,
aksi-aksi
anti KMB,
demontrasi-demontrasi
massa,
dihampir
seluruh kota.
Tak genap setahun, satu persatu negara bagian
dibubarkan,
KMB dibatalkan tanpa perundingan dengan pihak sana.
Awal bulan Agustus, tahun 1951,
baru
saja enam bulan,
Politbiro
Central Comite PKI terpilih,
di
bulan Januari 1951, memulai konsolidasi,
setelah mendapat pukulan pada peristiwa Madiun.
orang-orang komunis dan
kaum progressif diburu,
dan ditangkapi atas
tuduhan palsu,
kemudian bermuara pada
“Razia Agustus Sukiman”.
Rupanya,
kabinet Sukiman-Suwiro
menandatangani perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat. Agar terlihat anti
kiri kabinet melakukan penangkapan orang-orang komunis.
didasarkan,
ada aksi penyerbuan
sekelompok pemuda berkaos “Palu-Arit”,
ke kantor polisi di
Tanjung Periuk.
2.000 orang yang dianggap
komunis ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
Massa
rakyat marah,
Aksi demontrasi
dimana-mana,
di parlemen oposisi juga
melakukan perlawanan
setahun kemudian,
dibebaskan tahanan terakhir.
Kabinet Sukiman pun,
jatuh.
17 Oktober
1952,
Demontrasi
bersenjata ulah Angkatan Darat,
mengobrak-abrik
Gedung Perwakilan Rakyat Sementara,
mengarahkan
moncong meriam ke Istana Merdeka.
Delegasi
yang dipimpin Kolonel AH Nasution,
mendatangi
Presiden Sukarno,
menuntut,
membubarkan parlemen,
parlemen telah
dianggap mencampuri internal Angkatan Darat.
“Peristiwa
17 Oktober”, adalah
titik awal golongan militer kanan,
ikut campur di kehidupan politik di Indonesia.
Baru setahun terlewati,
rakyat menyelenggarakan pemilihan umum.
Berparlemen,
wujud ruang kedaulatan rakyat.
Tahun 1956,
dibeberapa daerah,
semula hanya bentuk ketidak puasan,
dari pembagian rezeki diantara para borjuis.
Mencuat
kemudian berkembang menjadi pemberontakan sparatis
Empat
divisi Angkatan Darat,
di Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan
dan Sulawesi Selatan
bergabung
membentuk pemerintahan PRRI/Permesta.
Pada
hakekatnya,
juga
jelmaan gerakan anti komunis.
Tahun
1957,
Keadaan
Darurat Perang diberlakukan
kekuasaan
penuh berujung ketangan kebijakan militer,
politik,
ekonomi, juga budaya.
Pelaksana-pelaksana
Darurat Perang, di pusat dan daerah,
menguasai
perangkat-perangkat ekonomi di perusahaan-perusahaan negara,
buah
perjuangan kaum buruh pada aksi pengembalian Irian Barat.
Sampai
awal tahun 1959,
empat
tahun Konstituante bersidang,
tak
satupun rancangan Undang-undang disusun mendapatkan dua pertiga suara,
bahkan
kembali ke-UUD ’45 pun gagal, meski mendapat pilihan mayoritas.
Presiden
memaklumatkan dekrit 5 Juli 1959,
membubarkan
Konstituante dan Parlemen.
Gerakan
revolusioner dan PKI mendukung Dekrit,
mendukung
Demokrasi Terpimpin yang anti-diktatur militer,
dan
menentang diktatur perorangan.
Diyakini
kepemimpinan Presiden Sukarno menjalankan politik anti imperialisme,
dan
berupaya merusak tatanan feodalisme dengan diundangkannya UUPA dan UUPBH.
Undang-undang
Pokok Agraria dan Undang-undang Pokok Bagi Hasil.
“Statemen
Juli Polit Biro Comite Central PKI” , tahun 1960,
merupakan
penilaian setahun kerja kabinet Djuanda,
bukan
saja tidak berhasil melaksanakan programnya.
Tapi,
telah menyeleweng dari Manipol dan Dekon.
Inilah
dalih Penguasa Perang Pusat mengintograsi pimpinan tertinggi PKI,
Bahkan
salah seorang diantaranya ditahan.
Sebulan
kemudian dan dengan dalih statemen itu juga,
Penguasa
Perang Daerah di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan,
dan
Sulawesi Selatan, peristiwa “Tiga Selatan”,
melarang
kegiatan PKI didaerahnya,
peristiwa
“Tiga Selatan”,
Tindakan
anti demokrasi dan anti komunis itu dilakukan,
bahkan
semasa PKI mengambil bagian aktif,
dan
memberikan korban paling besar kader-kadernya,
menumpas
pemberontakan, PRRI Permesta
bersama-sama
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
VIII
Dini
hari 1 Oktober 1965,
Enam
Jenderal Angkatan Darat dan seorang perwira pertama diculik,
Pelakunya
sesama perwira-perwira Angkatan Darat, “Gerakan 30 September”,
gerakan
penyelamatan Presiden dari kudeta kekuatan kanan Angkatan Darat.
Ada
petunjuk, beberapa anggota pimpinan PKI melibatkan diri.
Kaum
reaksioner yang dimotori kekuatan kanan Angkatan Darat, menggunakan kesempatan,
menyerang
PKI diseluruh negeri.
Perburuan
dan pembunuhan terhadap kaum komunis,
dan
kaum progressif dilancarkan amat terarah.
Tanpa
perlawanan,
tak
siap baik ideologi maupun organisasi.
Anak-anakku,
500
ribu sampai 3 juta anak negeri dibantai,
ribuan
di kucilkan dipenjara-penjara, digedung-gedung rampasan.
diasingkan
ke pulau Buru,
dirampas
hak miliknya, dinistakan sampai ke keturunannya dan keturunannya lagi.
Kaum
komunis yang membangun partainya ditahun 1920,
partai
komunis tertua di Asia,
yang
memimpin pemberontakan pertama melawan kolonialisme Belanda,
bergerak
ilegal memimpin perlawanan kaum tani, terhadap fasis Jepang.
Kader-kadernya
pernah menjadi inti pada revolusi Agustus 45,
berpengalaman
mengatasi provokasi Madiun,
Bangkit
diawal tahun 50-an,
menjadi
partai yang mencakup kesemua daerah dan suku bangsa.
Hanya
dalam waktu yang singkat dilumpuhkan,
dibubarkan
dan dilarang dinegerinya sendiri.
Kaum
reaksioner, setelah berhasil mematahkan kekuatan PKI,
serangan
pun diarahkan kepada kekuatan tengah,
tujuan
akhir menggulingkan Presiden Sukarno.
Presiden
Sukarno terpaksa menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966
pelimpahan
kekuasaan kepada Jenderal Suharto,
dan
menggunakannya dengan licik membubarkan PKI,
melarang
ajaran Marxisme-Leninisme di Indonesia.
MPRS
yang sudah dibersihkan dari kekuatan kiri dan tengah,
memberhentikan
Sukarno dan mengangkat Jenderal Suharto sebagai Presiden.
Anak-anakku,
peristiwa
provokasi Madiun,
membuka
jalan kaum reaksioner melakukan kompromi-kompromi dengan imperialis.
Perjanjian
KMB menempatkan Indonesia, menjadi negeri setengah jajahan.
Setelah
“Gerakan 30 September”, mematahkan kekuatan PKI,
dan
mengulingkan Presiden Sukarno,
membalikkan
arah politik dan ekonomi yang sepenuhnya
mewakili
dan
mengabdi pada kepentingan kaum imperialis,
pemilik
modal multi nasional.
menjadikan
negeri ini, negeri “jajahan bentuk baru”, Neo-Kolonial.
Langkah
pun diambil,
kebijakan
merajut pengkhianatan,
pemerintah
Suharto menerbitkan Undang-undang No. 1/1967,
membuka
pintu selebar-lebarnya, masuknya modal asing,
Bahkan
modal asing dibebaskan bergerak,
mulai
dari industri besar, industri menengah dan industri kecil,
mulai
dari industri hulu sampai ke industri hilir.
Mengembalikan
semua perusahaan asing yang telah diambil alih,
tanah-tanah
garapan kaum tani hasil pelaksanaan UPPA,
dikembalikan
pada pemilik semula,
tuan
tanah feodal.
Tatanan
kapitalisme yang merasuk,
tak
menyudahi penghisapan tatanan feodal di pedesaan.
monopoli
tanah oleh tuan tanah, sewa tanah berupa jasa,
sewa
tanah berupa uang, dan lintah darat.
Sisa-sisa
feodal yang berat dipertahankan,
dijadikan
tumpuan,
dimanfaatkan
dalam hubungan produksi kapitalis.
Anak-anakku,
sampai
kapan bentuk dan tatanan negeri tigabelasan ribu pulau ini,
negeri
jajahan bentuk baru dengan sisa-sisa feodal yang masih berat,
menjadi
tatanan,
berdaulat
dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi,
dan
berkepribadian di bidang kebudayaan?
Pendahulu,
sudah merentang busur, mengarahkan kesasaran,,
tinggal
kapan melepas anak panahnya.
Medan,
awal 2014.
Langganan:
Postingan (Atom)