Maois Tetap Eksis
Meski kalah jumlah dan persenjataan, Maois terus bergerilya dan menjadi
ancaman keamanan pemerintah India.
OLEH: MF MUKTHI
Dibaca: 1602 | Dimuat: 19 April 2013
LANTARAN diserang, polisi India terlibat
adu tembak dengan gerilyawan Maois di distrik Sukma, selatan negara bagian
Chhattisgarh, India. “Mereka menembak mati sedikitnya sembilan gerilyawan
Maois,” demikian diberitakan bbc.co.uk (16/4/2013).
Konflik bersenjata bukan kali ini saja
terjadi. Pada April 2010, gerilyawan Maois menyergap patroli tentara di sebuah
hutan di Chhattisgarh, menewaskan 76 tentara. Ini dianggap serangan terburuk
Maois terhadap pasukan keamanan India.
Perlawanan gerilyawan Maois sudah berakar
sejak era kolonialisme Inggris. Penyebab utamanya ketidakadilan. Penduduk
miskin, mayoritas petani penggarap atau buruh, dihisap kolonisator atau kaum
kaya yang menjadi kepanjangan tangan kolonialis. Partai Komunis India (CPI),
yang berdiri pada 1920-an, kemudian menggerakkan mereka untuk melakukan
perlawanan.
Satu dasawarsa kemudian, CPI membangun
kerjasama dengan unsur radikal dari Partai Sosialis Kongres dan Partai Kongres.
Kekuatan mereka bertambah. Mereka terus bergerak ke pedalaman untuk melancarkan
sabotase hingga perlawanan bersenjata.
Namun, bibit perpecahan muncul dalam
tubuh partai. Terutama setelah India merdeka pada 1947. Penyebabnya, perbedaan
pendapat antara pendukung dan penentang kerjasama dengan kaum borjuis, yang
memegang kekuasaan. Kegamangan sikap mereka terlihat jelas ketika pemeritahan
Jawaharlal Nehru, yang sosialis-demokratis, meminta bantuan dari Uni Soviet
untuk memajukan perekonomian dengan sasaran reformasi agraria dan swasembada.
“Di satu sisi CPI setuju tapi di sisi
lain memperkuat diri sebagai kekuatan oposisi,” tulis Alpa Shah, “India
Burning: The Maoist Revolution,” dimuat dalam A Companion
to The Anthropology of India karya Isabelle Clark-Deces.
Orang-orang yang tak puas juga
mempersoalkan reformasi agraria Nehru yang tak menghilangkan zamindari, sistem kepemilikan tanah oleh bangsawan.
Ketika Nehru meninggal pada 1964,
perpecahan tak bisa dihindari. Para penentang kerjasama dengan borjuis lalu
mendirikan Partai Komunis India-Marxis (CPI-M). Pada 1967, Charu Mazumdar, pemimpin
faksi radikal ultrakiri di CPI-M dan pendukung ideologi politik Mao Zedong,
memimpin serangan bersenjata terhadap tuan-tuan tanah di desa Naxalbari,
Benggala Barat. Serangan ini bertentangan dengan pendirian CPI-M, yang memimpin
pemerintahan Front Persatuan di negara bagian tersebut.
Terjadi perpecahan. Mazumdar membentuk
gerakan Naxalite, yang kemudian mendirikan All India Coordination Committee of
Communist Revolutionaries (AICCCR) pada 1968 dan memisahkan diri dari CPI-M.
Setahun kemudian, ICCCR melahirkan Partai Komunis India (Marxis-Leninis).
Mereka lalu melancarkan perlawanan di seluruh negeri. Melalui perang gerilya,
mereka ingin menghapus tatanan feodal, membebaskan kaum miskin dari cengkeraman
tuan-tuan tanah, dan melaksanakan reformasi tanah.
Namun, satu faksi komunis di belakang
Dakshin Desh menolak bergabung dengan partai komunis yang baru. Mereka kemudian
dikenal dengan nama Maoist Communist Centre (MMC), kemudian pada 2004 membentuk
Partai Komunis India (Maois).
Dalam perjuangannya, Maois tak mau
menggunakan jalur parlemen. Mereka menganggap pemerintah India masih semifeodal
dan semikolonial. Mereka konsisten dengan perjuangan bersenjata, mengorganisasi
dan menggerakkan petani tak bertanah dan buruh. Petani, yang jadi inti kekuatan
mereka, dihimpun dalam Maoist People’s Liberation Guerilla Army (MPLGA).
Simpati berdatangan dari kalangan
jelata. Kampanye Maois terus menyebar. Di Andhra Pradesh, Orissa, dan beberapa
tempat lain tuan-tuan tanah diusir, pengadilan rakyat didirikan untuk mendistribusikan
tanah, dan program-program pendorong aksi massa terus digalakkan.
Pemerintah India tak pernah diam. Mereka
terus berupaya menumpas gerakan Maois. Pada 1970-an merupakan masa represif;
banyak pemimpin Maois dipenjara dan dibunuh. Mazumdar meninggal dalam tahanan
pada 1972. Pada 2009 pemerintah India mencap Maois sebagai teroris.
Namun, aparat keamanan India tetap belum
berhasil menumpas tuntas. Kuatnya dukungan masyarakat lokal membuat gerakan
tersebut bisa bertahan, bahkan membesar. Dari 29 negara bagian di India, tulis
Alpa Shah, lebih dari setengahnya merupakan wilayah Maois. Kaum Maois juga
masih aktif di sepertiga lebih dari 600 distrik di India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar